KESADARAN DAN PRESPEKTIF PSIKOLOGI

Penganut behaviorisme, aliran ilmu jiwa (psikologi) yang tidak peduli jiwa, menganggap manusia sebagai “ Homo Mechanics” yang tidak jau beda dengan seekor tikus ( toh secara genetika pun manusia sangat mirip dengan tikus ). Prilaku manusia dapat direduksi kedalam mekanisme stimulus-respons. Jadi persis diatas asumsi Newtonian bahwa aksi sama dengan reaksi. Perhatikan saja aksi(input) dan reaksi (output) dan abaikan proses diantarah keduannya. Guna meningkatkan produktifitas, anggap pekerja sebagai kuda, dan terapkan saja sistem carrot and stick. Taruh saja wortel didepan mata, dan si kuda pun akan makin kencang berlari mengejarnnya, kalau masi pelan-pelan saja larinnya, maka CAMBUK.
Pada saat behaviorisme berkutut disisi luar, Sigmund Freud’ datang dengan penyelidikan intensif, jauh kedalam ruang-ruang gelap jiwa manusia, terutama pada kalangan penderita sakit jiwa, (neorosis).  Menurut psikoanalisis, sikap dan prilaku lebih banyak dipengaruhi oleh ketidaksadaran daripada kesadaran, ibarat gunug es, kesadaran adalah bagian yang tampak di permukaan, sedangkan sisannya yang merupakan bagian tersebesar, mala tersembunyi dalam lautan. Prespektif psikoanalis menganggap manusia sebagai korban tak berdaya dari pengalaman masa lalunya, semua tekhnik terapi Freud untuk menyembuhkan para korban itu berkaitan dengan bagaiman menemukan, lalu menganggap bagian ketidaksadaran si penderita yang dipandang menganggu lapisan kesadaran.
Ketidaksadaran mungkin berpengaruh, tetapi mengapa bukan kesadaran yang menentukan hari ini dan hari depan.? Guna membebaskan manusia dari belenggu masa lalu maupun pengaruh lingkungan sehingga bertanggung jawab dengan hidupnya, kita harus percaya pada kehendak bebas, yaitu dengan menganggap bahwa kita tidak pernah terikat pola. Pola lama mungkin bertahan, bukan berarti tidak bisa dihilangkan. Pola masa depan tidak mesti merupakan kelanjutan masa lalu, kita maupun yang lainya mungkin dilahirkan lengkap secara genetik, namun sebagai diri sendiri, kita sesunggunya belum selesai, sama seperti tulisan ini, belum selesai sampai disini. Tidiiiiiiiinnngggggg...


Ahmad Thoha Faz, 2005 TITIK BA.

Komentar

Postingan Populer